Kenapa Bandung?

by Sabtu, April 01, 2023 0 komentar

    Aku lahir di Garut, mulai berpindah ke Jakarta saat usia 2 tahun (menurut cerita ibuku). Selama 14 tahun hidup nomaden dengan 2 kali berpindah rumah karena kami masih mengontrak. Roda hidup mungkin mulai berubah lebih baik saat ibuku akhirnya bekerja menjadi guru di sekolah swasta, tempatku juga dulu ikut sekolah di dalamnya, sebelum akhirnya diterima PNS tahun 2005. Sekitar tahun 2007, kami akhirnya bisa membangun rumah sendiri di lahan seluas 100 meter persegi dengan tukangnya adalah bapakku sendiri dibantu oleh 2 rekan tukang lainnya. Kebetulan memang beliau sehari-hari pun bekerja sebagai tukang kayu dan menurutku, bapak adalah orang yang multitalent karena serba bisa membuat dan merawat apapun.

    Singkat cerita, aku hidup 23 tahun di Depok-Jakarta. Karena meski rumah di Depok, namun dari SMP hingga kuliah aku habiskan di Jakarta. Sebagaimana mimpi anak-anak yang hidup di Jakarta, dengan segala kemudahan akses "apapun" dan gemerlap yang ditawarkan, jelas ketika aku kuliah di PGSD UNJ yang notabene kampusnya berada di segitiga emas ibu kota, yaitu Setiabudi-Sudirman-Kuningan, aku sudah memiliki mimpi untuk kelak bekerja di ibu kota sebagai PNS guru, atau paling tidak menjadi guru swasta di kalangan elite tersebut.

    Namun, idealisme yang terbangun selama kuliah, juga peranku yang terlalu aktif di organisasi sebagai wakil ketua BEMJ hingga beberapa kali merasakan turun aksi, membuatku sering bergejolak dalam hati untuk bisa memberi lebih tidak hanya lulus kuliah-bekerja. Berkumpul dengan teman-teman di BEM Fakultas dan juga kaka senior yang menjadi alumni SM3T angkatan 2 sebelumnya, membulatkan tekadku untuk ikut serta juga megukir pengabdian di pelosok negeri. Hingga akhirnya aku mantap mendaftar SM3T bahkan saat skripsiku belum selesai. Bu Maratun (yang kini sudah almh.) adalah dosen pembimbing sekaligus Kajur PGSDku, adalah orang pertama yang kuberitahu niatku lanjut SM3T setelah lulus dan beliau dukung penuh dengan membuka jalan agar aku bisa seminar proposal dan sidang skripsi lebih awal. Begitu juga dengan teman-teman lainnya yang ikut mendaftar. 

    Setelah mengikuti tahapan tes dan dinyatakan lulus SM3T, sidang skripsiku pun selesai. Tepat seminggu sebelum keberangkatan pembekalan, aku baru memberitahu ayah dan ibuku. Jelas mereka kaget dan marah karena aku tidak berdiskusi sama sekali sebelumnya. Umi nangis saat itu karena berpikir bagaimana kalau anak gadisnya ditempatkan di tengah hutan atau di daerah rawan konflik. Tapi justru aku sama sekali tidak ada perasaan khawatir apapun saat itu, dan itu yang membuat bapak yakin kalau aku bisa menjaga diri dengan baik. Akhirnya umi setuju. 

    Selama kurang lebih menjalani setahun di Pulau Semau, NTT (tempat penempatan SM3T-ku) ada beberapa momen yang aku menyadari betapa aku merindukan "rumah" dan memaknai "pulang" adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Bukan karena aku tidak betah, tapi seperti akhirnya sadar, bahwa aku selama ini kurang sedekat itu dengan keluargaku. Namun, ada satu pembahasan yang sangat aku ingat saat itu saat bercerita dengan umi di telpon. "Mi, ai pengen tinggal di Bandung deh nanti." Umi heran, karena saat itu, Bandung sama sekali tidak pernah ada di daftar pembahasan selama 15 tahun terakhir aku curhat apapun dengan beliau. 

Entahlah, memang ada beberapa hal yang terjadi selama masa setahunku di Kupang yang membuatku akhirnya memutuskan, aku juga ingin di Bandung, nanti.

    Konspirasi semesta begitu unik, hingga bagaimana caranya akhirnya aku ditempatkan PPG di UPI, Bandung. Aku selalu percaya, nasib baik apapun yang terjadi padaku, pasti ada campur tangan doa umi di dalamnya. Sampai saat ini. Sebelumnya, aku memang pernah "sengaja" ke Bandung setelah aku pulang SM3T, bersama teman sepenempatan dulu, untuk menghadiri acara seminar di UPI dan menginap semalam di rumah teman SM3T yang berdomisili di Cimahi. Bekeliling Bandung selama 2 hari membuatku semakin jatuh cinta dengan kota ini, jauh sebelum pengumuman PPG kuterima.

    Selama setahun PPG di UPI Bandung, jelas aku mengalami banyak pergolakan hati, antara menunggu atau memilih. Hingga saat kepulangan, teman-temanku yang lain mantap kembali pulang ke rumah dan kotanya masing-masing, sedangkan aku dengan sengaja menerima tawaran menjadi guru inval di sekolah swasta Bandung dengan harapan, aku masih menunggu. Keputusanku untuk memilih akhirnya tiba , namun keinginanku untuk tinggal di Bandung tetap sama. Hingga hari ini, aku sudah secara resmi menjadi warga Bandung dan masih terus membuat kenangan bersamanya. 

HalloRufi

Blogger

tidak semua yang kutulis adalah tentangmu, dan tidak semua yang kamu baca adalah tentangku. Aku hanya menitipkan sebagian hatiku di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com