Postpartum Depression

by Selasa, Oktober 03, 2023 0 komentar
Atau masyarakat lebih sering menyebutnya "baby blues".

Dulu, saat aku hamil dengan segala drama pendarahan yang berujung harus full bedrest dan melakukan chek up USG per-2 minggu sekali rutin selama 9 bulan, aku berusaha tetap enjoy walau rasanya stress luar biasa tiap bangun tidur flek pendarahan tak pernah berhenti.

Dokter Widya, yang menjadi Obgynku selalu memberikan perhatian lebih dan meyakinkanku kalau bayiku sehat dan aku harus bahagia, walaupun tau kondisi kehamilanku yg saat itu juga ternyata previa minor.

Aku menanti kehadiran bayiku lahir, sama sekali tidak peduli mau normal atau SC, karena sudah kupertimbangkan segala resiko yang mungkin aku terima jika tetap ngotot mau normal.

Ketika akhirnya aku menjalani SC dan melihat bayiku pertama kali, entah kenapa aku limbung. Rasanya aneh aku sudah punya anak dan harus memastikan dia diperhatikan.

3 hari pasca lahir dan kembali ke rumah, ternyata tidak mudah membangun bonding itu. Kupikir bonding ibu dan anak akan otomatis ketika keduanya sudah bertemu, ternyata yang aku rasakan adalah aku seperti tidak mengenalnya. Bayi kecil yang selama 9 bulan ada di rahimku itu.

Hal paling berat yang aku dan bayiku lalui saat itu adalah saat pemberian ASI. Aku mencoba sebisaku dan meyakinkan diri kalau aku mampu tapi bayiku tetap menangis sepanjang malam. Bapak dan umi sampai akhirnya harus menggedor pintu rumah tetangga untuk minta sufor karena dari awal walau aku tahu ASI ku masih belum cukup, aku kekeuh tidak mau sediakan sufor. Tapi malam itu, pertahananku runtuh. Ya, di usia awal hidupnya, Nata adalah bayi sufor.

Segala upaya tetap diusahakan oleh umi, dari buatkan aku sayur katuk setiap hari, rerebusan labu, godok jamu, minum pelancar ASI. Nihil.

Aku mulai merasakan depresi itu, di rumah orangtuaku, aku sering sendirian karena semua orang sibuk dengan aktivitas hariannya. Bersyukur umi bukan tipe ibu yang kolot, beliau sengaja meminta tolong salah satu tetangga untuk menemaniku dan mengurus bayiku di rumah saat siang. 

Aku mulai masa bodo dengan anakku.

Bahkan saat malam dan bayiku menangis, umi yang berjaga menggendong dan memberikan susu setiap 2 jam sekali. Sedangkan aku?
Lebih banyak melamun dan tidur..
Umi sama sekali tidak pernah menegurku atau memojokkan aku yang bersikap seperti itu. Ia tahu, aku sedang tidak baik-baik saja. Terlebih saat melihat aku pernah menjatuhkan bayiku ke kasur dengan sengaja karena ia tidak berhenti menangis dan aku benar-benar kesal. Sejak saat itu, umi langsung ambil alih semua pengurusan bayiku. Beliau tidak marah, hanya sambil usap2 wajah dan rambutku sambil merapalkan doa.

Suamiku datang ke Depok, hampir setiap akhir pekan. Jumat datang - Minggu kembali lagi ke Bandung. Setiap ia datang, lebih seringnya aku menangis karena aku merasa capek. Bukan capek fisik, lebih ke capek pikiran dan hati. Suamiku pun sadar aku sedang tidak baik-baik saja.

Tepat 4 bulan usia Nata, akhirnya aku kembali ke Bandung. Umi menemaniku selama 3 hari untuk memastikan aku siap untuk ditinggal. Bersyukurnya, aku pindah ke kontrakan di kampung yang warganya ternyata sungguh baik luar biasa. Selama awal pindah, umi yang mengajakku keliling dan menyapa warga. Hingga aku bertemu dengan para ibu muda lain yang juga memiliki bayi seumuran Nata. Perlahan, aku sering menghabiskan waktu bersama mereka karena saat itu aku full IRT. Dan Qadarullah, ASI-ku yang sempat kering perlahan mulai banyak dan Nata beralih ke ASI dbf hingga usianya 18 bulan saat itu dan kembali lagi ke sufor saat aku mulai bekerja.
Akhirnya baru kutahu, kalau ternyata yang aku butuhkan adalah menjadi ibu yang lebih "santai", lebih banyak didengar dan tertawa.

Satu hal yang aku pelajari, bahwa PPD tidak hanya stress yang ditimbulkan dari pihak luar, dari diri sendiripun sangat besar pengaruhnya. Menjadi ibu, tidak harus selalu sempurna dan segala hal harus berjalan sesuai harapan. Pada kenyataannya, kitalah yang dituntut untuk belajar ikhlas menerima keadaan.

Aku sadar aku bukan ibu yang sempurna, tapi justru anak dan suamiku lah yang selalu mendukung dan menjadikanku ibu yang selalu penuh syukur dan bahagia.

HalloRufi

Blogger

tidak semua yang kutulis adalah tentangmu, dan tidak semua yang kamu baca adalah tentangku. Aku hanya menitipkan sebagian hatiku di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com