"Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu?"
Ternyata aku sendiripun, tak pernah benar-benar mengenalnya. Hatiku. Ia seperti hidup dengan caranya sendiri dan milik dirinya.
Logika sudah mengingatkan, "Hei, jangan menyimpan rasa yang nantinya akan disesali."
Tapi tetap saja, dia kekeuh. Mencari lagi, menunggu lagi, merindu lagi.
Tapi rindu ini milik siapa? Bahkan sadar ini tidak akan pernah sampai ke tuannya.
"Nanti juga sebentar lagi lupa".
Sebentar kemudian, "loh ko ingat lagi".
Terkekeh menertawakan kelakuan sendiri, sampai tak habis pikir. "Ko bisa sih hati sendiri tidak bisa dikendalikan?"
Tanpa bermaksud membenarkan, aku hanya menganggap, "Tak apalah, toh aku tak sendiri dan semoga hanya sebatas ini kumiliki rindu yang tak bertuan".
0 komentar:
Posting Komentar