Bukti Manusia Berevolusi~

by Selasa, Agustus 09, 2022 0 komentar

    Sekitar 20 tahun lalu, saat usiaku masih di belasan tahun dan menggunakan seragam merah putih, masih kuingat apa saja pembahasan yang bisa aku obrolkan dengan teman-teman sebayaku. Soal PR sekolah, nilai ulangan naik turun, nanti jam istirahat mau jajan apa, kenapa si A gak mau duduk sebangku sama aku atau si B yang katanya suka dengan si C, dan bla bla bla hal remeh temeh lainnya, seakan dunia ya cukup hanya di kehidupan sekolah dan teman adalah segalanya.

    Lanjut saat memasuki seragam SMP, putih biru. Belum terlalu jauh pembahasan yang diobrolkan. Hanya saja, sudah mulai bertambah dengan cinta monyet yang menyenangkan ketika menyukai teman di kelas yang sama. Atau, melihat kaka kelas yang "ko, keren banget sih apalagi pas main basket!" Ya, dulu jaman SMP, rasanya tim basket sekolah itu udah paling populer dan pasti pemainnya cool banget.

    Masa putih abu-abu mungkin disebut masa paling gamang. Entah bagi sebagian orang yang lain, tapi bagiku begitu. Masa penentuan di saat rasanya menjadi  bagian organisasi itu penting sekali, dan pelajaran yang gurunya gak asik itu membosankan. Nilai naik turun malah hal yang biasa, apalagi kalau ternyata yang remedial bisa sampai seangkatan. Wow, mengesankan! Tapi mulai berubah menjadi kelabu saat ternyata di akhir semua terlihat sempurna bagi yang lain, dan menyedihkan bagiku yang tidak diterima di PTN manapun karena kupikir saat kelas 12, cukup hanya persiapan untuk UN saja. Ternyata aku kalah start, di saat yang lain sudah bimbel sana sini untuk persiapan masuk PTN favoritnya. Mungkin masa ini menjadi titik balik pertama dalam hidup, bahwa berpikir tidak lagi sama hanya cukup tentang sekolah dan rumah saja, namun estafet menuju masa depan.

    Secara sadar aku mulai mencari teman yang sefrekuensi, lebih tepatnya senasib. Pernah berpikir untuk melamar kerja di pabrik namun akhirnya aku ditampar oleh kenyataan, HRD menolak karena aku lulusan SMA favorit yang seharusnya saat itu sedang duduk di bangku kuliah, bukan menghadapi mesin besar yang ada di belakang ruang interview saat itu. Akhirnya pola pikir kembali disadarkan, bahwa tempatku memang bukan disana. Aku harus lanjut kuliah walaupun harus menunggu kesempatan di tahun depan.

    Banyak bertemu orang dengan berbagai latar belakang, membuatku sadar bahwa dunia memang luas. Pikiranku tidak bisa hanya cukup di zona nyaman yang aku ciptakan sendiri, karena hal yang membuat tidak nyaman yang justru membuka peluang. 

    Manusia berevolusi melalui pikirannya, cara pandang dan juga bagaimana ia menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Walau pembicaraan hangat dengan teman dekat tetap kita butuhkan untuk menjaga kewarasan dan jati diri bahwa "gue masih baik-baik aja dan gw tetap orang yang sama". Hanya untuk meyakinkan bahwa kita tidak benar-benar di luar kendali karena sengatan evolusi.

    Memasuki masa kuliah adalah masa paling settle sepertinya dari fase hidup. Bukan soal jurusan kuliah yang sesuai harapan, namun akhirnya hidup menjadi lebih terarah karena kita akan fokus di masa depan dalam bidang apa. Bukan soal nanti setelah kuliah kerja dimana, namun setelah kuliah punya skill apa untuk pegangan utama. Bertemu dengan teman-teman sevisi dan cara pandang yang sama menjadi bonus bahwa kita tidak sendirian. Membangun idealisme tentang menjadi masyarakat dan pengabdian pada negara seperti hal yang sangat digaungkan dan kita mengaminkan.

    Hari ini saat aku duduk sendirian makan di KFC, ternyata sendiri malah membuatku mendapatkan ide untuk menulis tentang hal ini. Dua gadis remaja yang kutaksir mereka masih kuliah sedang asyik berbincang di seberang kursiku, mungkin tentang kehidupan pribadi masing-masing atau lain sebagainya yang membuat mereka terlihat akrab satu sama lain. Ya, aku juga pernah ada di fase itu, rasanya pembicaraan tentang pencarian jodoh adalah hal paling favorit, ada juga cita-cita naik gunung atau liburan ke luar kota bersama, dan yang paling seru adalah hangout bareng di akhir pekan. Semua hal yang sepertinya baru dan rasa ingin mencobanya sangat tinggi karena merasa sudah mendapat predikat baru yaitu "mahasiswa" yang artinya sudah menjadi orang dewasa yang bebas. Mungkin ini yang menjadi dasar pertimbanganku untuk akhirnya berani ambil keputusan ikut program SM3T, mengajar di pedalaman selama 1 tahun yang bahkan kuingat tanpa memberitahu hal ini kepada kedua orang tuaku hingga sampai waktunya keberangkatan. Hahaha.

    Manusia memiliki masa evolusi yang jelas pasti berbeda. Aku sudah berevolusi selama 31 tahun sampai hari ini, dengan statusku saat ini sudah menikah, memiliki anak 1 dan sudah bekerja tetap sebagai PNS guru. Banyak orang berpikir bahwa hidup yang satu terlihat mulus jalannya dibandingkan yang lainnya. Pemikiran hari ini saat kutemui di kolom komentar media sosial, begitu banyak manusia yang memamerkan hidupnya yang baik-baik saja, sebetulnya tidak menjamin bahwa semulus itu perjalanan hidup mereka sampai di tahap tersebut. Semua pasti mengalami benturan evolusi yang berbeda-beda. Kita hari ini adalah hasil evolusi pemikiran apa yang sudah kita pilih untuk dilalui. Namun jelas, secara fitrah manusia tidak akan menunjukkan sisi lemahnya karena ia tidak akan mau untuk dikasihani. Lalu evolusi apa yang bisa dilalui oleh orang dengan usia yang sama denganku hari ini?

    Usia di masa krisis seperti saat ini adalah gerbang utama dimana kita sudah sadar bahwa jalan hidup yang akan ditempuh satu dan lainnya jelas pasti berbeda. Ada yang memutuskan menikah, ada yang ingin menikah namun belum menemukan jodohnya, dan ada pula yang secara mantap tidak akan menikah. Yang menikah belum tentu mau punya anak, dan yang sudah punya anak 1 bisa jadi sedang merencanakan menambah lagi momongan atau tidak. Yang sudah bekerja sedang banyak berpikir bagaimana menyelesaiakan pekerjaan di setiap harinya dengan baik, bahkan ada pula yang memutuskan untuk resign dan beralih pekerjaan atau usaha. Semua pilihan begitu terhampar jelas, dan isi pembicaraan kita juga akan jelas mengikuti arah mana yang akan kita pilih. Berdiskusi dengan banyak orang menjadi hal yang rumit, sehingga kita hanya butuh diri sendiri untuk bertahan. Ya, mungkin ini asalan utama kenapa banyak yang berpikir menjadi dewasa adalah hal yang paling melelahkan. Jadi, sudah sejauh apa evolusi hidupmu berjalan sampai hari ini?

HalloRufi

Blogger

tidak semua yang kutulis adalah tentangmu, dan tidak semua yang kamu baca adalah tentangku. Aku hanya menitipkan sebagian hatiku di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com