Ada yang Lebih Sakit dari Sekedar Kehilangan

by Sabtu, November 21, 2015 2 komentar
Kamu mungkin akan tidak setuju jika kuberitahu bahwa ada yang lebih sakit dari rasanya kehilangan.
Perasaan tiap orang memang relatif, dan ini aku ambil dari sudut pandangku yang sedang merasakan.

Iya, kehilangan itu menyakitkan memang.
Semua orang tidak akan pernah siap jika harus menghadapinya.
Kehilangan di sini mungkin bisa berwujud dalam beberapa bentuk, tapi kali ini aku akan membahas kehilangan dalam bentuk seseorang yang kamu anggap penting dalam hidupmu.

Seseorang yang pernah jatuh cinta dan patah hati sekaligus pasti pernah merasakannya.
Di saat hati dan asa sudah melambung tinggi dan kemudian dihempaskan hingga jungkir balik di tanah itu rasanya seperti kehilangan separuh nyawa.
Dia pergi begitu saja meninggalkan hati yang masih dititipkan padanya.
Kupikir tidak akan pernah ada yang lebih sakit dari itu.
Tapi ternyata, masih ada keadaan yang lebih menyakitkan rasanya.

Diabaikan..

Iya, harus kukatakan diabaikan lebih sakit dari pada kehilangan..
Keadaan dimana kamu tau dia masih milkmu tapi hatinya mungkin sudah bukan untukmu.
Kamu bisa memastikan kabarnya baik-baik saja sebagai kekasihmu, tetapi dia sama sekali tidak tertarik menganggapmu masih kekasihnya.
Kamu bisa mati-matian memberikan perhatian ini itu padanya, dan harus puas dengan tanggapan kosong darinya.
Berharap saat kamu menemukan hatimu sakit saat malam tiba karena merindukannya dan kemudian akan sembuh paginya setelah mendapat pesan singkat "selamat pagi" darinya tapi ternyata tidak ada.
Kamu mencoba menghibur diri dengan selalu mengingatkannya makan dan juga menyemangatinya bekerja hanya demi melihatnya membaca pesanmu dan kemudian membalasnya, ternyata harus menunggu hingga malam tiba untuk kamu mendapatkannya.
Itupun kalau dia tidak lupa.

Sebenarnya aku tidak ingin menyesali keputusan memberikan kesempatan kedua baginya yang sempat membuatku terluka sebelumnya.
Kupikir, setiap manusia berhak mendapat pengampunan dan kesempatan memperbaiki diri.
Ya, aku memberikan padanya kesempatan untuk membuktikan cintanya.
Aku belajar percaya lagi padanya.
Namun ibarat membangun istana pasir,sebelum mencapai puncak ia sudah menghancurkannya kembali.
Sekarang, seperti tidak ada lagi yang tersisa karena perlahan perasaanku padanya mulai terkikis dan menipis.
Mungkin, merelakan dia yang mengabaikanku untuk semakin jauh akan lebih baik untukku dan juga untuk hatiku.
Sekarang, bukan ingin berjalan mundur, aku memilih untuk pergi menjauh.
Iya, kuputuskan kali ini aku yang akan pergi.

Terima kasih sudah pernah membuatku bahagia sekaligus terluka hingga membuatku harus belajar menyembuhkan sendiri sakitnya.

HalloRufi

Blogger

tidak semua yang kutulis adalah tentangmu, dan tidak semua yang kamu baca adalah tentangku. Aku hanya menitipkan sebagian hatiku di sini.

2 komentar:

  1. terkadang, beberapa tokoh yang kayaknya bakalan jadi pemeran utama dalam hidup
    mungkin hanya sebatas cameo, banyak si perannya tapi waktunya enggak begitu lama

    BalasHapus
  2. iyah, kamu benar..
    mungkin kita yang terlalu cepat menentukan mereka yang akan menjadi pemeran utama padahal hanya sekedar lewat

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com