Memori bisa menetap dalam berbagai bentuk, bisa rupa, bisa juga rasa.
Kali ini, aku mau membahas tentang memori yang seketika hidup kembali dalam bentuk rasa, bukan hanya soal hati ya, tapi ini tentang makanan.
Pasti setiap kita akan punya cerita dibalik beberapa makanan yang akhirnya menjadi "favorit" atau sebaliknya.
Aku hanya akan mulai dengan makanan yang memberikan kesan mendalam, tidak selalu favorit tapi setiap kali aku makan, semua kenangan itu hidup kembali.
1. Opor ayam
Iya, opor ayam dengan kuah santan kuning (versiku). Kenapa ini berkesan? Bukan dari hasil masakan ibuku, tapi masakan ibu temanku. Dulu, waktu SD saat ekonomi keluargaku sangat di bawah, aku punya teman sekelas asli Padang, rumahnya dekat dengan rumahku, sama2 ngontrak, juga sama2 terbatas ekonominya, punya 3 orang adik laki2. Hampir setiap hari, uminya (kupanggil umi juga) selalu masak opor ayam, yang kutahu sudah dijatah jumlah dagingnya untuk sekeluarga. Namun, setiap kali aku main dan masuk jam makan siang, uminya selalu menyuruh aku ikut makan bersama. Sebuah kemewahan saat itu untuk bisa makan opor ayam, sedangkan di rumah, ibuku bahkan tidak masak. Entahlah, rasa opor ayamnya benar2 membekas sampai sekarang, yang walaupun aku bisa masak sendiri, tetap belum bisa sama persis dengan yang beliau buat. Semoga Allah selalu menjaga mereka sekeluarga, karena aku tak tahu keberadaannya sekarang.
2. Dunkin Donut
Walaupun saat ini jadi produk boikot, tapi sejujurnya aku punya kenangan sangat manis dengan kudapan satu ini. Dulu, setiap kali bapak selesai mengerjakan orderan lemari, yang artinya beliau pulang membawa uang, oleh-oleh yang selalu dibawa adalah donat merk ini. Dengan hampir seluruh isiannya adalah donat filling selai buah, favoritku strawberry dan durian. Saat itu, baru hanya ada aku dan adikku si anak kedua. Kita pasti berebut dan dalam sehari donat selusin itu pasti habisss..
3. Mie Ayam
Harus kusebutkan lengkapnya, mie ayam Mas Eko. Hahaha. Kenapa dengan mie ayam Mas Eko? Jadi, waktu aku SD ini adalah mie ayam pertama yang aku coba. Harganya masih seribu rupiah semangkuknya. Bayangkan inflasinya harga rupiah dibandingkan dengan sekarang. Entahlah, mie ayamnya punya aroma khas yang enak bangettt, bahkan aku bisa menciumnya dari jarak cukup jauh. Hahaha, saking sukanya kayanya hampir tiap hari saat jam istirahat aku pasti beli. Sampai-sampai, pernah suatu ketika ada acara kenaikan kelas dan disebutkan juara kelasnya, namaku disebut dengan embel-embel "anak ini doyan banget makan mie ayam" oleh guruku, dan semua orang langsung tahu itu aku. Bahkan sampai Mas Eko pun notice dan setelahnya memberikan semangkuk mie ayam gratis sebagai hadiah. Sayangnya Mas Eko pindah saat aku lulus SD, ada yang bilang beliau kembali ke kampung halamannya dan tak pernah kembali lagi.
4. Yamien 88 Cijantung
Salah satu kedai mie yamien yang cukup tersohor saat aku SMA. Karena memang banyak cabangnya yang juga dekat dengan sekolahku di Cijantung, Jakarta Timur. Bahkan katanya ownernya adalah keluarga salah satu kakak kelasku. Dulu harga semangkuknya Rp 4.500,- jadi dengan lima ribu aku bisa beli semangkuk plus aqua gelas. Uang jajanku saat SMA juga sangat terbatas karena lagi-lagi ekonomi keluarga sedang sulit, sedangkan jarak sekolahku dengan rumah cukup jauh. Butuh 2 kali naik angkot dan 1 omprengan untuk ke sekolah yang berada di wilayah komplek kopassus tsb. Jadi, jika dipotong ongkos, uang jajanku sekitar tujuh ribuan, dan kalau mau ke yamien bareng teman2, kita sering memutuskan jalan kaki, apalagi jika habis latihan Paskibra, pasti ramai yang bergabung. Rasa khas yamien inituh manis, pedas, asam. Ala-ala 'misdaseum' lah ya. Tapi entah kenapa, walaupun sampai sekarang rasanya masih sama, namun peminatnya sudah jauh berkurang. Setiap kali aku sengaja mampir, tidak seramai dulu yang sampai waiting list. Ya, mungkin karena selera orang berubah ya. Kalau sekarang, harga semangkuknya sekitar 18rb-23rb. Tetap worth it menurutku.
5. The last but not least, Soto Mba Yanti
Kayaknya kalau aku mampir lagi ke kampusku di Setiabudhi, semoga beliau masih jualan. Dulu jaman kuliah, karena aku ngekost, ini adalah makanan favorit yang bahkan bisa aku makan 2x untuk siang dan malam. Hahaha, enak bangetttt apalagi soto cekernya. Pernah sampai aku kena alergi gara-gara abis makan soto ceker, tapi begitu sembuh lanjut makan lagi. Beliau sampai hafal dengan kebiasaanku makan, berapa sendok sambel, dan selalu kasih lebihan ayam atau tulang. Terakhir kembali ke sana untuk makan, saat Nata usia 3 tahunan, dan beliau masih tetap ingat aku. Sehat-sehat ya Mba Yanti..
.
Sebetulnya masih ada banyak lagi makanan dengan kenangan di dalamnya. Kenapa tidak ada masakan ibuku? Ya karena kalau itu jelas semuanya enaakk. 😆
Bagaimana dengan mie aceh? sudah dibahas tersendiri jauh sebelumnya ya.